Between Two Gates Kotagede, kampung tradisional rekomendasi wisata Jogja untuk penyuka arsitektur dan sejarah

09 Nov 2023, 23:50:20 WIB
Between Two Gates Kotagede, kampung tradisional rekomendasi wisata Jogja untuk penyuka arsitektur dan sejarah
Between Two Gates Kotagede. (jogjaprov)

Kabaryo.com - Between Two Gates Kotagede merupakan salah satu rekomendasi wisata yang cocok untuk kamu yang suka arsitektur, budaya, dan sejarah. 

Hal itu karena di Between Two Gates Kotagede ini terdapat rumah-rumah tradisional atau jadul yang masih lestari hingga kini.

Dikutip dari Jogjaprov, Between Two Gates Kotagede ini dulunya adalah Kampung Alun-Alun. Kampung Alun-Alun terletak di sisi selatan dari pusat perekonomian masyarakat Kotagede (Pasar Kotagede).

Secara fisik, Kampung Alun-Alun dibentuk oleh dinding-dinding dan gerbang kecil yang mempertemukan dengan gang-gang sempit sebagai penghubung antar kampung.

Sebagian Kampung Alun-Alun berbatasan dengan deretan rumah-rumah tradisional Jawa yang berada di antara dua pintu gerbang dan dikenal sebagai Between Two Gates atau Lawang Pethuk.  

Between Two Gates berlokasi di Kelurahan Purbayan, Kotagede, istilah nama tempat ini berasal oleh Tim Peneliti dari jurusan Teknik Arsitektur UGM pada tahun 1986.

Dalam bahasa Indonesia diartikan “Di Antara Dua Gerbang” Bentuk dan tata ruang dari rumah-rumah tradisional Jawa yang terdapat di Between Two Gates ini tetap dipertahankan keasliannya hingga saat ini dan menjadi bagian dari museum hidup (Living Museum) Kotagede.

Uniknya bangunan di luar area Between Two Gates tidak memiliki karakter arsitektur tradisional Jawa seperti yang ada di area ini. Keunikan lokasi ini merupakan hal yang sangat penting untuk dijaga. Keunikan inilah yang akan membedakan antara suatu lokasi dengan lokasi lain yang akan menjadi identitas lokal dari tempat tersebut.

Between Two Gates merupakan lingkungan terkecil dari permukiman yang bersifat semi tertutup karena diapit dua gerbang pada kedua ujungnya. Satuan lingkungan ini terbentuk dari sejumlah Joglo yang terdiri atas dalem dan pendhapa yang berjajar dalam satu deret.

Rumah yang berderet saling berhadapan utara-selatan dan terpisahkan oleh lorong sempit. Uniknya rumah yang saling berhadapan adalah milik satu orang. Rumah induk berada di sisi utara menghadap ke selatan. 

Rata-rata ukuran lebar jalan atau lorong di kawasan Between Two Gates adalah satu setengah hingga dua meter setengah. Dalam area Between Two Gates juga terlihat adanya pembagian zona ruang yang tetap mempertahankan budaya rumah Jawa, yakni peletakan ruang terbagi berdasarkan sifat ruang, yaitu: publik, semi-publik, privat, dan semi-privat.

Ruang publik meruoakan ruang yang dapat dilewati atau dimasuki oleh semua orang, misalnya jalan atau lorong. Ruang semi-publik adalah ruang yang hanya diperuntukkan bagi orang tertentu saja, seperti halaman rumah dan teras. Ruang privat adalah ruang yang sangat pribadi dan hanya anggota keluarga saja yang boleh memasukinya. Kemudian untuk ruang semi-privat dapat berupa ruang baca.

Lorong-lorong sempit antar rumah yang berada di area Between Two Gates ternyata juga memiliki fungsi sosial yang cukup unik. Di lokasi ini terdapat sistem kekerabatan yang kuat tercermin melalui ruang-ruang interaksi sepanjang lorong. Kawasan pemukiman Beetween Two Gates ini membuka akses interaksi melalui jalan Rukunan.

Warga di pemukiman ini menyadari bahwa mereka merupakan bagian dari masyarakat, sehingga untuk mengerti satu sama lain, mereka berusaha untuk membaur dan berinteraksi dengan anggota masyarakat lainnya. Bentuk Kerukunan lainnya juga ditandai dengan dibuatnya tempat duduk berbentuk berundak dari beton di samping atau depan rumah.

Jalan Rukunan juga membentuk karakter orang yang mengakses jalan ini, dikarenakan warga yang mengakses jalan ini sadar bahwa jalan tersebut sebetulnya merupakan sebagian tanah milik pribadi namun, boleh dilewati oleh khalayak umum. Hal ini membuat warga pengguna jalan lebih menghargai pemilik jalan tersebut yang diwujudkan dengan kegiatan saling menyapa ketika melewati Jalan Rukunan.